Nilai Diri Tak Ditentukan oleh Siapa yang Bertahan

Saya pernah berpikir bahwa makna hidup tergantung pada siapa yang bertahan di sisi saya. Tapi seiring waktu, saya mulai menyadari bahwa hidup bukan tentang siapa yang menetap atau pergi, melainkan tentang bagaimana saya tumbuh—bahkan ketika ditinggalkan tanpa alasan.

Kepergian seseorang sering kali terasa seperti penolakan. Dulu saya merasa kurang berharga ketika seseorang memilih untuk pergi. Tapi kini, saya belajar bahwa kepergian bukan cermin dari nilai diri. Nilai itu tidak ditentukan oleh siapa yang hadir dalam hidup, tetapi oleh bagaimana saya menerima diri saya sendiri—utuh.

Setiap hubungan bisa berubah, dan itu wajar. Ada yang datang hanya untuk sebuah musim singkat, ada pula yang menetap lebih lama. Tapi tidak satu pun dari mereka yang bisa menentukan seberapa layaknya saya dicintai atau dihargai. Saya berharga, bahkan tanpa validasi dari orang lain.

Menerima perubahan dan kehilangan bukan hal yang mudah, tapi saya belajar untuk tidak menyamakannya dengan kegagalan. Kadang, saya harus memilih jalan baru. Kadang, saya harus berjalan sendiri. Tapi dari situlah pertumbuhan dimulai—dari keberanian untuk melangkah.

Saya menulis ini bukan karena saya sudah sepenuhnya selesai berdamai dengan kepergian, tapi karena saya tahu saya sedang dalam proses. Dan saya ingin mengingatkan diri saya sendiri bahwa kita tetap berharga, meskipun tidak semua orang bertahan.

"Not everyone who walks away is rejecting you. Sometimes, their departure is the beginning of your becoming."

Karena hidup bukan tentang siapa yang tinggal. Tapi tentang bagaimana kita terus tumbuh, meski harus berjalan sendiri.

Post a Comment

0 Comments