Pernahkah kamu merasa sudah melakukan segalanya dengan benar, tapi hidup tetap saja tak berpihak pada mu? Sudah bekerja keras, memberi yang terbaik, bahkan bersikap tulus namun hasilnya tak sebanding dengan harapan. Rasa kecewa pun datang perlahan, seolah dunia ini tak adil.
Saya pun pernah ada di titik itu. Merasa letih bukan karena aktivitas yang padat, tapi karena ekspektasi yang saya ciptakan sendiri. Ekspektasi bahwa kebaikan pasti dibalas baik, bahwa usaha tak akan mengkhianati hasil. Nyatanya, hidup tidak berjalan seperti rumus matematika.
Sebagian dari kita tanpa sadar terjebak dalam just world hypothesis keyakinan bahwa dunia ini adil, dan setiap tindakan akan mendapat balasan setimpal. Sayangnya, hidup bukan sistem transaksi. Kita bisa melihat sendiri: orang baik tak selalu bahagia, dan tak jarang orang jahat justru hidup nyaman.
Menerima kenyataan ini bukan berarti menjadi pesimis. Justru di sinilah letak kekuatan kita mampu berdamai dengan kenyataan yang tidak ideal.
Dalam filsafat stoikisme, ada satu konsep indah yang disebut amor fati mencintai takdir. Ini bukan tentang menyerah atau pasrah, tapi menerima sepenuhnya bahwa tidak semua hal dalam hidup bisa kita kendalikan. Alih-alih melawan realitas, kita belajar menari bersama kenyataan, seburuk apa pun itu.
Bayangkan saat hujan deras turun tanpa diduga. Kita tidak bisa menghentikan hujan, tapi kita bisa memilih: marah-marah dan basah kuyup, atau memakai payung dan menikmati aroma tanah basah. Kita yang punya kendali.
Meski banyak hal di luar kendali kita, ada tiga hal yang sepenuhnya bisa kita atur yaitu:
1. Respon terhadap keadaan
2. Makna yang kita berikan pada setiap peristiwa
3. Cara kita bertahan dan terus melangkah
Dengan menyadari ini, kita tidak lagi menjadi korban keadaan, tetapi pemilik kendali atas hidup kita sendiri.
Kadang, kelelahan terbesar bukan datang dari kerasnya hidup, tapi dari ekspektasi bahwa hidup harus selalu sesuai keinginan. Padahal, dengan sedikit kelonggaran hati untuk menerima, justru kita menemukan kekuatan.
Jika kamu sedang dalam masa sulit atau merasa dunia tidak adil, ingatlah: tidak apa-apa kecewa, tidak apa-apa merasa lelah. Tapi jangan lupa, kita tetap bisa memilih cara merespons, memberi makna, dan mencintai takdir yang kita miliki saat ini.
Sudah saatnya kita berhenti berharap hidup selalu adil, dan mulai mencintai hidup apa adanya. Yuk, bagikan tulisan ini jika kamu merasa relate dan semoga bisa jadi penguat untuk mereka yang sedang berjuang.
0 Comments